Hidup adalah perjuangan, begitu ungkapan bijak. Ungkapan itu benar,
karena dalam kehidupan ini, banyak yang harus diusahakan. Kita tidak
perlu mengusahakan udara, tetapi harus berjuang untuk membersihkan udara
yang kita hirup. Jantung berdetak dengan sendirinya, tetapi harus
dipelihara agar tetap sehat menjalankan fungsinya. Makanan harus dicari
dan diseleksi mana yang baik dan tidak baik bagi tubuh kita. Pakaian dan
tempat tinggal harus dipersiapkan secara memadai. Kita ingin punya
pasangan hidup (suami/isteri) dan butuh perjuangan besar untuk
menyeleksi jodoh yang tersedia. Setelah dapat jodoh kita berjuang lagi
untuk meniti hidup berumah tangga, memelihara anak-anak dan mencari
nafkah. Terakhir kita harus berjuang sekuat semaksimal diri untuk selalu
berada dalam rahmat dan ridha ilahi.
Begitulah, kita bangun setiap hari dan disibukkan rutinitas di dalam
maupun di luar rumah. Menjalani kehidupan ini, kita berada pada kondisi
harap-harap cemas atau harap-harap sukses. Kesuksesan dan kebahagiaan
tidaklah bisa didapat tanpa perjuangan yang ulet. Kita dapat dengan
tenang menjalani hidup setiap harinya, jika menyadari yang kita hadapi
setiap harinya. Lantas apa sebenarnya yang kita hadapi setiap harinya?
Apa yang harus kita perjuangkan dan menangkan dalam kehidupan ini?
Agar dapat menjawab misteri kehidupan dan berbagai tuntutan yang
dihadapi setiap harinya, mari kita perhatikan penjelasan dari seorang
sufi besar keluarga Rasulullah Saw, Ali bin Husain yang populer dengan
panggilan Zainal Abidin As-Sajjad. Ketika beliau ditanya bagaimana ia
mengawali paginya setiap harinya? Beliau menjawab :
“Aku memulai hariku dengan kesadaran terhadap adanya tuntutan dari
delapan hal , yaitu : Allah swt menuntutku melaksanakan kewajiban
kepada-Nya; Nabi saw menuntutku melaksanakan sunnahnya; Keluarga
menuntutku memenuhi kebutuhan hidup; hawa nafsu menuntutku memenuhi
syahwat; setan menuntutku bermaksiat; dua malaikat penjaga menuntut amal
baikku; malaikat maut menuntut ruhku; dan kuburan menuntut ragaku.”
Penjelasan cucu Rasulullah Saw ini mengungkapkan misteri kehidupan,
memberikan arah dan tujuan dalam kehidupan. Jawaban beliau menunjukkan
bahwa setiap harinya manusia dikelilingi oleh tuntutan yang baik
sekaligus tuntutan yang buruk, dan harus berjuang dalam tarik menarik
keduanya. Mari kita cermati kembali kedelapan hal yang disebutkan Imam
Zainal Abidin di atas.
Pertama, Allah menuntut melaksanakan kewajiban. Misalnya, shalat lima
waktu. Kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah adalah penting dalam
kehidupan manusia. Namun, harus disadari, kewajiban-kewajiban itu
bukanlah beban, melainkan kebutuhan ruhani untuk menjadi makhluk suci
nan sejati. Sebab, manusia terdiri dari ruh dan jasad. Seperti halnya
jasad membutuhkan makanan untuk tumbuh dan berkembang, begitu pula ruh,
membutuhkan makanan dan gizi yang bersifat ruhani. Kewajiban-kewajiban
dari Tuhan adalah gizi ruhani.
Kedua, Nabi menuntut melaksanakan sunnahnya. Sunnah-sunnah nabi dalam
keseharian adalah pemandu manusia untuk menjalani hidup dalam
keberkahan, rahmat dan ridha ilahi. Menjalankan sunnah akan mengarah
manusia pada kehidupan sempurna, dan meninggalkannya membuat hidup
terhina. Berjuanglah untuk mengamalkan sunnah dan waspada setiap godaan
yang mengajak kita tak memperdulikannya.
Ketiga, Keluarga menuntut kebutuhan hidup. Makan, minum, pakaian,
tempat tinggal, adalah kebutuhan hidup yang bersifat primer. Semua harus
dipenuhi. Namun, seringnya keluarga tidak hanya menuntut kebutuhan
primer, tetapi juga kebutuhan sekunder bahkan tersier (kemewahan hidup
bukan kebutuhan hidup). Kemewahan hidup inilah yang sering menjebak
manusia pada syahwat yang tercela.
Keempat, hawa nafsu menuntut memenuhi syahwat. Keinginan-keinginan
syahwat umumnya bersifat jasmaniyah dan ia menuntut segera dipenuhi
tanpa peduli baik dan buruk, halal dan haram. Manusia harus waspada
terhadap godaan syahwat. Memang, keberadaan syahwat pada manusia adalah
kebaikan, karena dengannya manusia terpacu dalam hidupnya. Namun, para
ulama menasehatkan agar kita mengendalikan syahwat, bukan dikendalikan
syahwat. Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan, syahwat itu bagai kuda
liar, taklukkanlah agar jinak dan bisa dikendarai.
Kelima, setan menuntut bermaksiat. Sudah tugas setan untuk menggoda
dan mengajak manusia bermaksiat kepada Tuhannya. Setan selalu merintangi
kita berbuat baik, menampakkan dan menghiasi berbagai keburukan dengan
kenikmatan-kenikmatan yang melenakan dan memacu syahwat. Karenanya Tuhan
mengingatkan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia, dan
selalulah berlindung dari godaan setan yang terkutuk, ‘auzhubillahi
minas syaithanirrajim’.
Keenam, dua malaikat penjaga menuntut amal baik. Raqib dan Atid
begitu disebut nama kedua malaikat ini. Yang satu mencatat amal
kebaikan, dan satunya lagi mencatat amal buruk manusia. Tetapi keduanya
menginginkan kita untuk senantiasa berbuat baik, memenuhi catatan amal
salih dan mengosongkan catatan amal salah.
Ketujuh, malaikat maut menuntut ruhku; dan
Kedelapan, kuburan
menuntut ragaku. Setiap hari kita menghadapi sebab-sebab kematian, dan
kita terhindar darinya. Tetapi kita pasti akan merasakan kematian
tersebut, tak mungkin menghindarinya dan tak tahu kapan waktunya.
Kematian bisa menjemput kita setiap saat, di rumah maupun di luar rumah,
ketika bekerja atau beristirahat, ketika beribadah atau bermaksiat.
Kematian memisahkan ruh dan jasad. Ruh kembali ke alamnya, alam barzakh,
dan jasad kembali ke asalnya, dari tanah kembali ke tanah. Itulah
kuburan bagi raga manusia. Dalam tidur panjang tersebut, kita menanti
pengadilan ilahi untuk mempertanggungjawabkan semuanya, termasuk
menyangkut ke delapan hal di atas. Karenanya waspadalah…waspadalah!
[TvShia/liputanislam.Com]