Saturday 23 January 2016

11 Dosa yang Disegerakan Adzabnya

(Sumber : ibnuabbaskendari.wordpress.com)

Sesungguhnya perbuatan dosa bisa mematikan hati dan melemahkan jiwa. Hal ini dikarenakan jika seorang hamba berbuat dosa maka ada noktah hitam yang melekat di hatinya. Jika bertambah dosanya, bertambah pula noktah hitam di hatinya, hingga tidaklah seorang hamba membiasakan dosa, kecuali hatinya menjadi hitam pekat, sehingga cahaya kebenaran sulit menembus dan menerangi hatinya.

Tetapi, dosa itu bertingkat-tingkat, ada yang ditangguhkan balasannya pada hari kiamat dan ada pula yang disegerakan di dunia sebelum di akhirat, maka pada edisi kali ini, akan kami paparkan untuk para pembaca, di antara dosa-dosa yang disegerakan balasannya di dunia sebelum di akhirat, supaya kita –kaum muslimin- bisa terhindar dan tidak terjatuh di dalamnya.

1. Rakus dan tamak terhadap dunia
Berlebihan dalam mengejar dunia bisa menyeret pelakunya dalam kebinasaan dan kesedihan, Allah pun menghadiahkan untuknya dua balasan yang disegerakan di dunia, yang pertama : Allah cerai-beraikan urusannya, dan yang kedua : Allah jadikan dia terpuruk dalam kefakiran dan terputus dari sifat  qona’ah, hal ini sebagai mana sabda Rosululloh  Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya, maka Allah akan jadikan kekayaan ada dalam hatinya, Allah himpun kekuatannya, dan dunia akan menghampirinya, sedang ia tidak menginginkannya, dan (sebaliknya) barangsiapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, Allah jadikan kefakiran ada di depan matanya, Alloh cerai beraikan urusannya dan dunia tidak menghampirinya kecuali apa yang sudah Allah takdirkan untuknya". (HR. at-Tirmidzi : 2465 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah L 949)

2. Zalim dan durhaka kepada orang tua
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia; kedzoliman dan durhaka (pada orang tua)". (HR. Hakim dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah : 1120)

Hal ini dikarenakan terkabulnya doa orang tua, apalagi di saat orang tua terdzolimi, kemudian ia menengadahkan tangannya ke langit, mengadukan sakit hatinya kepada Allah, maka doa orang tua ini akan bergerak dan berhembus menuju angkasa, menembus awan, mencapai langit, dan diamini oleh para malaikat, kemudianAllah Ta’ala mengabulkannya .. Maka berhati-hatilah wahai kaum muslimin dari berbuat dzolim dan durhaka kepada kedua orang tua!

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tiga doa yang tidak tertolak : doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa orang yang terdzolimi". (HR. al-Baihaqi dalam Sunan Kubro : 6185 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah : 1797)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Takutlah terhadap doa orang yang terdzolimi, karena ia akan terbang di atas awan".

Kemudian Allah berkata, "Demi kemuliaan dan kebesaranKu, Aku pasti menolongmu meskipun setelah berlalunya waktu". (Dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’ : 117)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Takutlah terhadap doa orang yang terdzolimi, karena ia akan terbang menuju langit". (Dishohihkan al-Albani dalamShohih al-Jami’ : 118)

Hal ini juga menunjukkan betapa agungnya hak kedua orang tua kita, sampai-sampai Allah meletakkan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua setelah kewajiban menyembah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman, "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu". (QS. an-Nisa’ : 36)

3. Meninggalkan dakwah (amar ma’ruf dan nahi mungkar)
Dakwah merupakan perkara penting yang harus ditegakkan di tengah-tengah masyarakat, karena jika tiang dakwah ini tumbang maka hancurlah masyarakat, tersebarlah maksiat, dan di saat itulah murka Allah datang menyapa.

Berikut ini kami cantumkan hadits yang memberikan perumpamaan apik tentang akibat meninggalkan dakwah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Perumpamaan orang yang melaksanakan amar ma’ruf dan orang tidak melakukannya ibarat suatu kaum yang naik sebuah kapal kemudian sebagian ada yang di atas dan sebagian yang lain ada di bawah, kemudian orang yang berada di bawah apabila ingin mengambil air maka mereka melewati orang-orang yang ada di atasnya dan otomatis mengganggunya, maka (orang-orang yang ada di bawah) berkata : seandainya kita lubangi saja perahu ini niscaya kita bisa mengambil air dengan mudah tanpa mengganggu orang yang ada di atas kita, maka jika mereka biarkan melaksanakan apa yang mereka inginkan niscaya mereka semua akan tenggelam binasa, dan apabila mereka dicegah maka mereka semua akan selamat". (H.R. Al-Bukhori : 2361)

Demikianlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi perumpamaan tentang bahaya meninggalkan amar ma’ruf, yang mana Allah Ta’ala akan menyegerakan akibat meninggalkan dakwah, sebagaimana yang dituturkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Sesungguhnya jika manusia melihat orang yang berbuat dzolim kemudian tidak mencegahnya, maka dikhawatirkan Allah akan mengirim adzab kepada mereka secara merata". (Diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunannya : 4340, dan dishohihkan al-Albani dalam asy-Shohihah : 1564).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaklah kalian benar-benar mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau jika tidak, hampir dipastikan Allah akan mengirim adzab untuk kalian". (Diriwayatkan at-Tarmidzi dalam Sunannya : 2169, dan Al-Albani mengatakan, “hasan lighorihi”, dalam Shohih at-Targhib wa at-Tarhib : 2313)

4. Sombong
Sombong merupakan perangai tercela, yang mengundang murka Allah Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Allah ‘Azza wa Jalla berkata, ’Kemuliaan adalah sarung-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku, maka barangsiapa menyaingi-Ku dalam satu di antara dua hal tersebut, Aku akan mengadzabnya’. (HR. Muslim)

Tidak hanya cukup di sini, bahkan Allah pun menyegerakan balasan bagi orang yang berbuat sombong dengan menjadikannya dalam kehinaan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Tidaklah seorang hamba kecuali di atas kepalanya ada hakamah (kinayah untuk kehormatan atau kedudukan) yang berada di tangan malaikat, maka jika hamba tadi rendah hati (tawadhu’) maka dikatakan kepada malaikat: angkatlah kedudukannya dan jika dia sombong maka dikatakan kepada malaikat: rendahkan dirinya".  (H.R. Thobroni dan dihasankan al-Albani dalam asy-Shohihah: 538).

5. Al-Mas’alah (meminta-minta/mengemis)
Meminta-minta adalah pekerjaan hina dan nista yang dibenci Islam, dan barangsiapa menjadikan pekerjaan ini sebagai suatu profesi untuk menumpuk harta dan memperkaya diri, maka Allah akan menjadikan dirinya terjatuh dalam lembah kemiskinan dan selalu dalam kekurangan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta kecuali Allah bukakan untuknya pintu kefakiran". (H.R. Ahmad dan dishohihkan al-Albani dalam shohih at-Targhib: 2462)
Selain balasan yang disegerakan di dunia berupa kemiskinan, perbuatan meminta-minta juga diancam dengan adzab pada hari Kiamat.
"Barangsiapa meminta-minta manusia untuk memperkaya diri, maka sebenarnya dia meminta bara api". (H.R. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
"Tidaklah salah satu di antara kalian selalu meminta-minta kecuali dia akan bertemu Allah pada hari kiamat sedang wajahnya tidak berdaging". (H.R. Bukhori: 1405 dan Muslim: 2443)
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Madarij as-Salikin:
”Hukum asal meminta-minta adalah haram, kecuali dalam kondisi darurat.”

Insya Allah bersambung..........

Sedekah Membawa Keberkahan

(Sumber : http://bit.ly/1Lqfpkr)

Sedekah bagaikan pohon yang selalu disiram hingga berbuah yang subur, begitupun manfaatnya dapat membawa keharmonisan dan rezeki yang terus mengalir. Mau tau keberkahannya... simak yuk!

Setiap manusia sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Ia tidak hanya rupiah tetapi pengertiannya sangat luas sekali baik kesehatan, ketenteraman jiwa, keturunan, isteri dan anak yang baik.
 

Ada yang selalu mengeluh terhadap keadaan ekonomi kesehariannya, karena sudah membanting tulang kesana-kemari mencari rezeki tetapi belum juga mengubah nasibnya.
Sebagai hamba Allah yang beriman, anggaplah semua itu adalah cobaan serta rintangan agar menjadikan diri kita lebih bersabar dan terus berusaha.

Teruslah berusaha karena setiap kesuksesan pastinya memerlukan kerja keras yang terus-menerus.
Bersikap ridho dan bertawakal agar Allah SWT memberkati segala yang kita lakukan. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi dan Pemurah atas rezeki untuk hamba-Nya.
Semua yang berlaku atas izin-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukanlah yang diterima.
Jika mereka bertawakal kepada Allah maka Allah pasti mencukupkan keperluannya. 


Perhatikan firman Allah berikut ini:
“Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, maka Allah akan mencukupkannya (memelihara). Sesungguhnya Allah menyampaikan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah mengadakan qadar (takdir) bagi setiap sesuatu.” (QS At-Taalaq: 3).


Namun taukah anda bahwa sikap memberi atau bersedekah mempunyai kelebihan dalam urusan mencari uang. Bahkan dapat membuka pintu rezeki lebih luas, kepada mereka yang melakukannya. Amalan bersedekah penyubur kebaikan serta melipatgandakan rezeki seorang hamba.

Allah berfirman sebagai berikut:
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah, seperti sebutir benih yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 261).


Tertarikkah anda dengan janji Allah tersebut? Pastinyalah..., semua orang ingin hidup senang; mempunyai rumah yang luas, bermobil mewah, memakai pakaian cantik dan bercuti ke luar negeri .

Namun fenomenalnya kehidupan masyarakat ada yang rendah ada juga di atas rata-rata. Tujuan kita hidup bukanlah untuk memenuhi nafsu tetapi kita perlu melihat kekurangan dan kesengsaraan orang lain.
 

Jika Allah ‘memberi’ pinjaman kekayaan kepada kita, maka gunakan kesempatan itu untuk melihat keindahan dari ciptaan Allah. Sebenarnya masih ada lagi yang memerlukan perhatian dan bantuan.

Justru jalankan amanah kekayaan yang Allah karuniakan itu, untuk membantu golongan memerlukan. Dalam rezeki Allah itu terdapat hak orang lain yang perlu dimanfaatkan.
Bersifat individualistik melambangkan seorang itu berhati kikir, sukar didekati dan orang banyak tidak menghormatinya.


Alangkah baik jika pendekatan mencari rezeki sambil menyumbang diterapkan dalam diri kita.
Sabda Rasulullah:
“Tidaklah harta itu berkurang disebabkan oleh sedekah.” (Riwayat Muslim).

Dengan memberi tanpa pamrih dapat menjadi pembersih harta kita. Sedekah orang yang kurang hartanya lebih besar ganjarannya.

Allah berfirman:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengharapakan sesuatu yang dinafkahkannya itu dengan menyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Allah. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Surah al-Baqarah ayat 262).


Apabila bersedekah, kita harus diiringi dengan perasaan gembira dan tidak boleh menyesal. Jika tidak mampu menyumbang harta, setidak-tidaknya berusaha menyumbang tenaga dan fikiran untuk mengajak orang sekeliling melakukan kebaikan. (Amar ma'ruf nahi munkar)
Rasulullah berkata dengan sahabat, yaitu:
“Pada setiap Muslim tuntutan untuk bersedekah”, sahabat berkata: Bagaimana jika tidak mampu? Nabi menjawab: “Berusahalah dengan kedua tanganmu untuk menghasilkan perkara bermanfaat dan bersedekahlah".

Sahabat bertanya: Bagaimana jika masih tidak mampu? Nabi menjawab: “Carilah orang yang sangat memerlukan bantuan (dan bantulah semampumu)".
Sahabat bertanya: Bagaimana jika masih tidak mampu? Nabi menjawab: “Ajaklah orang lakukan perkara kebaikan dan larang mereka dari kemungkaran".
Sahabat bertanya lagi: Bagaimana jika masih tidak mampu? Nabi menjawab: “Janganlah kamu lakukan perbuatan buruk, ia juga satu sedekah". (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Setidak-tidaknya, gerakkan diri kita bersedekah kepada ahli keluarga yang miskin dan memerlukan sebelum melaksanakannya kepada orang lain.
Menurut Ust. Miftahuddin sedekah dapat dibawa hingga mati.
“Rasulullah bersabda : “Apabila mati anak Adam maka terputuslah amalannya kecuali tiga, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang soleh yang mendoakannya untuknya.”

“Dari hadis tersebut membuka peluang untuk kita mendapatkan bekalan sebelum mata tertutup selamanya. Jika kita sedekahkan al-Quran atau sajadah untuk kegunaan jamaah di masjid, selagi mana ia digunakan maka pahala tetap sampai kepada kita. Begitu juga apabila memberi makan, minum dan pakaian kepada anak yatim maka sudah tentu ganjarannya cukup besar”, katanya.

KISAH NYATA: Keajaiban Sedekah yang Menakjubkan

(Sumber: http://bit.ly/1M7i4wI)

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Di Bontang, Kalimantan Timur ada sebuah perusahaan kaya raya dengan fasilitas yang luar biasa bagi karyawannya. Penghasilan para pegawainya berlipat-lipat dibanding dengan perusahaan swasta maupun nasional lainnya. Tunjangan berupa rumah, mobil, pendidikan anak bahkan makan pun diberikan. Beberapa kali saya berkunjung ke sana maka saya hanya berkomentar, "Betapa beruntungnya mereka yang tinggal dan bekerja di tempat ini!" Mereka hidup di sebuah komplek yang terisolir dari dunia Bontang. Pagar-pagar mereka kokoh berdiri dan lengkap dengan petugas keamanan yang membuat komplek perumahan itu terisolir dari dunia luar.

Penghasilan besar yang mereka dapat, -mungkin sebab sulit untuk mendapatkan mustahik-, maka kewajiban zakat dan sedekah pun barangkali tak tersalurkan. Namun meski demikian hal yang menjadi hak Allah adalah tetap menjadi hak-Nya. Di mana suatu saat Dia pun akan menagihnya. Sore itu saya diminta bersilaturrahmi dengan sebuah majlis taklim kaum ibu di sana. Tema yang diminta membuat saya berpikir keras untuk mencari referensinya.
BEROBAT DENGAN SEDEKAH!!! 


"Darimana saya harus memulai...?", saya membatin. Alhamdulillah atas izin Allah Swt ceramah pengantar yang saya berikan terasa nikmat. Jangankan untuk mereka kaum ibu yang mendengarkannya, saya sendiri saja merasakan kenikmatan itu. 

Rupanya Allah Swt memberi keberkahan pada majlis kami saat itu. Tanpa terasa saya dapati beberapa 'ilmu ladunni' yang Allah berikan. Sehingga saya belajar saat mengajar. Menjadi mengerti bersama orang-orang yang mencari pemahaman. Allah mewariskan ilmu yang diketahui seseorang, asalkan ia mengamalkan ilmu yang sudah pernah ia ketahui. (Muhammad Saw) Usai pembicaraan kurang lebih sekitar setengah jam, maka saya menawarkan kepada peserta majlis untuk bertanya dan berdialog.

Di sana rupanya ada seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, sebutlah namanya Reni. Tiba-tiba ia mengacungkan tangan dan ternyata ia bukan hendak bertanya akan tetapi ia ingin berbagi pengalaman kepada semua peserta yang hadir. Reni pun memulai kisahnya: Kira-kira 17 tahun yang lalu Reni hamil untuk pertama kali. Allah Swt menakdirkan bahwa Reni keguguran. Maka dari Bontang, ia pun diantar oleh suaminya pergi ke Balikpapan dengan pesawat untuk berobat ke seorang dokter terkenal di sana bernama Yusfa. Akhirnya Reni dikuret rahimnya. Sepulangnya dari Balikpapan, Reni mendapati dari qubulnya selalu keluar darah dalam jumlah banyak. Bahkan lebih banyak dari menstruasi rutin. Apalagi bila ia bangun tidur, ia dapati kasur dan sprei selalu bersimbah darah. Ia panik dan kalut mengatasi hal ini. Maka ia pun kembali lagi ke Balikpapan bersama suaminya untuk berobat ke dokter Yusfa. Sayangnya sang dokter tidak mengerti sebab pendarahan hebat ini. Maka yang terjadi adalah kali itu Reni dikuret lagi. Sakit dan perih, itulah yang dirasakan Reni!
Namun pendarahan itu masih tetap saja terjadi, padahal hampir setiap dua hari sekali Reni dan suami terbang Bontang-Balikpapan untuk mengkonsultasikan penyebab pendarahan ini. Namun tindakan yang diambil oleh dokter Yusfa hanyalah mengkuret rahim Reni. Reni dan suami hanya bisa pasrah dan berharap pertolongan Allah Swt atas musibah ini. Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga tubuh Reni bertambah ringkih, rumah tangga tak terurus, uang tabungan terkuras dan suami tidak bisa bekerja tenang sebab harus sibuk mengurusi Reni.  Sepertinya ada sebuah cobaan besar yang sedang Allah Swt timpakan kepada Reni dan suaminya.Reni & suami terus berdoa kepada Allah Swt agar diberi jalan keluar dari masalah ini.


Hingga akhirnya Allah Swt pun mendengar dan mengijabah doa mereka.

Hari itu Reni dan suami hendak terbang ke Balikpapan untuk berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Namun ada suara hati yang berbisik pada diri Reni. Ia bawa sejumlah uang dalam jumlah besar. Uang itu bukan ia niatkan untuk bayar biaya pengobatan, akan tetapi ada sebuah cita-cita mulia di sana yang ingin ia wujudkan. Cita-cita itu adalah, "AKU INGIN BERSEDEKAH!" 

Sejumlah uang itu pun ia masukkan ke dalam tas tangan yang Reni bawa.Pesawat telah membawa Reni dan suaminya pergi menuju Balikpapan. Setibanya di bandara Sepinggan, Balikpapan, Reni berjalan tertatih dipapah oleh sang suami. Dengan susah payah, Reni pun akhirnya tiba di dalam ruang bandara. Di dalam hati Reni berdoa kepada Tuhannya, "Ya Allah, datangkan untukku seorang pengemis yang bisa menerima sedekahku. Izinkan aku untuk bersedekah di hari ini!" Keinginan untuk bersedekah itu membuncah lagi di hati Reni. Sungguh ia amat berharap untuk bisa bersedekah kali itu..

Pintu keluar bandara sudah dilalui oleh Reni dan suami. Subhanallah, tiba-tiba ada seorang pria berpakaian lusuh menyapa Reni dan menjulurkan tangan tanda minta sedekah. Reni bergembira dan yakin bahwa inilah ijabah doa dari Allah Swt. Tanpa banyak berpikir, ia merogoh tas tangannya. Sejumlah uang yang sudah disiapkan ia berikan ke tangan pengemis itu. Maka pengemis dan suami Reni melongo melihat jumlah uang yang Reni sedekahkan. Reni pun melanjutkan langkahnya bersama suami dan kemudian mereka masuk ke dalam sebuah taksi untuk pergi ke rumah sakit tempat dokter Yusfa berpraktek.

"Untuk apa uang sebanyak itu kau sedekahkan?! " tanya sang suami. Reni menjawab dengan yakin, "Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt menyembuhkan penyakitku, Pa!" Mendapati jawaban seperti itu suami Reni tidak banyak mendebat. Memang di saat-saat seperti ini, hanya pertolongan Allah saja yang dapat menyelamatkan mereka. Seperti kali sebelumnya, tidak ada jawaban positif dari dokter Yusfa atas penyebab pendarahan yang keluar dari qubul Reni. "Hingga saat ini, saya belum tahu pasti apa penyebabnya", jelas dokter Yusfa.Maka Reni dan suami pun kembali ke Bontang tanpa hasil memuaskan.Pendarahan hebat masih terus terjadi dari rahim Reni setiap hari. Reni hanya bisa bersabar dan pasrah atas takdir yang telah Allah Swt tetapkan pada dirinya.

Pagi itu, Reni tengah berada di dapur untuk membuat masakan ringan. Tiba-tiba terasa olehnya ada sesuatu yang tidak beres di perutnya dan ia pun ingin pergi ke toilet. Rasa ingin buang air itu seperti tak terkendali ... Hingga Reni harus berlari sebab khawatir ia tak kuasa menahannya.

Atas izin Allah Swt ia kini sudah berada di kamar mandi. Namun hanya pakaian luar saja yang sempat ia buka, sedangkan pakaian dalam tak sempat ia tanggalkan. Rupanya ada segumpal daging penuh darah yang keluar dari qubul Reni dan ternyata ia tidak mau buang air. Segumpal daging penuh darah itulah rupanya yang membuat Reni terdesak untuk buang air.

Merasa aneh dengan segumpal daging itu, maka Reni mengambil sebuah kantong plastik kecil dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut. Reni berpikir bahwa ia harus menanyakannya kepada dokter Yusfa tentang benda aneh ini. Pagi itu adalah jadwal Reni berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Ia seperti biasa pergi ke Balikpapan didampingi oleh suaminya. Konsultasi kali itu, seperti biasa tidak memberikan perkembangan ke arah positif sama sekali. Hampir saja Reni putus asa dengan keadaan ini. Namun tiba-tiba ia teringat akan kejadian aneh kemarin pagi. Lalu ia pun merogohkan tangannya ke dalam tas dan mencari-cari plastik kecil berisi segumpal daging penuh darah. Ia keluarkan plastik kecil itu dan ia sodorkan kepada dokter Yusfa. Kejadian aneh kemarin pagi itu diceritakan oleh Reni kepada dokter Yusfa.

Dokter Yusfa menerima plastik berisikan benda aneh itu. Dahinya berkerut tanda bahwa ia berpikir keras tentang benda ini. Dan beliau pun berkata, "Ibu dan bapak mohon tunggu sebentar di sini. Saya akan pergi ke laboratorium untuk memeriksakan hal ini!" Saat dokter Yusfa pergi meninggalkan ruangannya, Reni dan suami hanya berharap bahwa dokter Yusfa akan datang membawa sebuah berita gembira untuk mereka.

Kira-kira 20 menit kemudian dokter Yusfa datang sambil berlari. Ya berlari, bukan berjalan! Begitu pintu terbuka dokter pun berteriak dengan nada keras, "Alhamdulillah bu Reni.... Alhamdulillah. ...!!! Saya baru mengerti rupanya pendarahan selama ini disebabkan kanker rahim yang ibu alami... dan benda ini adalah kanker rahim tersebut. Cuma saya hanya mau bertanya bagaimana cara kanker ini bisa gugur dengan sendirinya.. .?!"

Subhanalllah. ... rupanya penyebab pendarahan hebat selama ini adalah sebuah kanker yang tidak dapat terdeteksi. Pertanyaan terakhir dari dokter Yusfa tak mampu dijawab langsung oleh Reni. Namun Reni hanya mampu bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga untuknya setelah penantian yang cukup lama.

Akhirnya pendarahan pun terhenti begitu saja, dan rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah Reni bersedekah dengan sejumlah harta yang sudah ia cita-citakan."Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi harta yang kalian miliki dengan zakat." (HR. Baihaqi)

Sedekah sungguh sebuah perkara yang mengagumkan. Apakah anda pernah mengalaminya?
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya...
Salam santun dan keep istiqomah ..


8 Syarat Agar Dapat Berkumpul Bersama Keluarga di Surga

(Sumber : http://m.republika.co.id/berita/duniaislam/13/04/01mkjt0m-delapan-syarat-agar-dapat-berkumpul-bersama-keluarga-di-surga)


Bagi muslimin ada satu reuni yang memiliki nilai luar biasa, yaitu kesempatan bertemunya kembali keluarga besar seketurunan di tempat baru yang sangat menyenangkan di akhirat kelak. 

Allah berfirman dalam QS Ar Ra'd: 22-24 yang artinya, "Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), 'salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). 'Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu".

Allah menjelaskan dalam QS. Ar Ra'd: 18-21 kita bersama keluarga besar bisa bertemu di surga 'Adn, asal dapat memenuhi delapan syarat.
Pertama, memenuhi seruan Tuhannya. Barangsiapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya.
Kedua, memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah di sini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman.
Ketiga, menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinambungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling.
Keempat, takut kepada Allah. Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan.
Kelima, sabar. Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati.
Keenam, mendirikan shalat. Ini termasuk juga memenuhi janji dengan Allah. Shalat ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjian ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan diri secara tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci.
Ketujuh, menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan.
Kedelapan, menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan.

Delapan syarat ini telah Allah jamin akan menghantarkan seseorang dapat berkumpul di surga 'Adn. Mereka mendapati tempat kesudahan yang baik. 

Di samping masuk surga, mereka juga dimuliakan dengan bertemunya kembali dengan orang-orang yang mereka cintai. Hal ini merupakan kelezatan lain yang mereka rasakan di dalam surga. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin.

"Surat Al-Ashr" Merenung Makna Hidup Manusia dalam Al-Qur'an

(Sumber: http://www.albashiroh.net/2013/11/surat-al-ashr-merenung-makna-hidup.html?m=1)

Hidup haruslah bermakna dan berguna. Maka bagaimana sebenarnya hidup yang bermakna? Al Qur'an memiliki bahasa sendiri dalam menegaskan pernyataan tentang hidup bermakna. Allah berfirman dalam Al Qur'an surat Al Ashri yang artinya, "Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran serta berbuat sabar". (QS Wal-Ashri 1-3).

Surat Al Ashr menurut mayoritas ulama turun pada fase sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Ayat yang turun pada fase ini disebut dengan ayat Makkiyyah. Tersusun dari tiga ayat dan merupakan surat terpendek dalam Al Qur'an bersama surat Al Kautsar.

(wal-ashri) artinya "demi masa".

Ayat ini merupakan bentuk kalimat qosam atau sumpah. Seperti lazimnya berucap sumpah, ini berarti menegaskan pentingnya pesan yang akan disampaikan setelahnya. Al Ashr secara terjemah bahasa bermakna masa, zaman, atau waktu. Dalam ayat ini terdapat penegasan bahwa masa, zaman, waktu, umur manusia, beberapa makna yang merupakan penafsiran ulama tentang arti ayat ini, merupakan hal agung sebab menjadi objek maqsum bihi (media sumpah). Sehingga waktu merupakan hal yang harus mendapat perhatian. Rasul saw. bersabda dalam hadits, "ada dua nikmat yang terabaikan oleh banyak manusia, yaitu sehat dan waktu luang". (HR. Al-Baihaqi dari Ibn Abbas


(innal insana lafi khusrin) artinya "sesungguhnya manusia benar-benar rugi".
Ayat ini secara tata bahasa merupakan jawabul qosam. Yaitu isi atau pesan yang dimaksud dari penyebutan sumpah pada ayat sebelumnya. Dalam ayat ini sendiri terdapat dua kalimat penegas atau kalimat tauhid. Yang pertama adalah kalimat inna. Yang kedua adalah lam yang disisipkan pada khobar dari kalimat inna. Dalam kitab al-futuhat al-ilahiyyah disebutkan, menurut pendapat yang kuat lafadz (al-insan) dalam ayat ini merujuk pada keseluruhan manusia. Alif lam pada kalimat tersebut memiliki pemaknaan lil jinsi, seluruh jenis manusia, sehingga mencakup muslim dan non muslim. Faktor pendukungnya adalah adanya kalimat pengecualian atau istitsna' setelahnya yang mengecualikan kategori manusia yang beriman dari kelompok manusia yang merugi. (khusrin) berarti merugi atau berkurang. Al-Akhfasy mengartikannya dengan celaka dan ulama lain mengartikannya dengan keburukan.


Status ayat ini sebagai jawabul qosam memberi kesan tersurat bahwa isi ayat ini adalah berita penting yang harus ditanggapi serius. Pentingnya ayat ini dipertegas dengan tambahan adanya dua kalimat tauhid di dalamnya. Frase dalam dua ayat pertama surat ini menggunakan tiga kalimat penegasan, yang menguatkan kesan bahwa manusia akan benar-benar selalu dan terus menerus merugi. Tiga kalimat penegas yang dalam istilah gramatika arab disebut dengan ta'kid adalah bentuk kata sumpah, inna dan lam ta'kid.

"Demi Masa. Sesungguhnya seluruh manusia benar-benar rugi, celaka dan dalam keburukan”.

Menggapai Kemuliaan Malam

Muhasabah CINTA (Cerita dan Inspirasi Tahajjud) bersama Ust. Uti Konsen U.M.

Saking utama dan mulianya beribadah di malam hari (qiyamul lail), maka di dalam atsar (ujaran sahabat) disebutkan, “Barangsiapa terlewat wiridnya pada malam hari, hendaknya ia melakukan shalat antara waktu dhuha dan dzuhur. Apabila itu dilakukan, seakan-akan ia telah shalat pada waktu yang terlewat tersebut“.
         
Dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, berdzikirlah kepada-Ku setelah subuh sesaat, setelah ashar sesaat, Aku akan mencukupimu di antara kedua waktu tersebut.”
         
Abdullah bin Umar, bila terlewat shalat berjamaah, ia menghidupkan malamnya untuk mengejar yang telah tertinggal. Bila terlambat mengerjakan shalat maghrib, ia memerdekakan dua budak.
         
Abdullah bin ‘Amr RA berkata, “Rasulullah saw pernah berpesan kepadaku“. Wahai Abdullah, jangan menjadi seperti si Fulan. Dulu dia rajin mendirikan shalat malam, tetapi kemudian meninggalkannya”. Karena pesan inilah, Abdullah bin ‘Amr selalu konsisten mendirikan shalat malam.
         
Umar bin Al-Khattab r.a. pernah tertinggal shalat ashar berjamaah. Lalu ia bersedekah dengan tanah miliknya yang bernilai seratus ribu dirham.
         
Ketika orang-orang sudah tertidur, Abdullah bin Mas’ud r.a. bangun untuk shalat malam, lalu membaca Al Quran dengan suara perlahan seperti dengungan lebah.
         
Umar bin Abdul Aziz memiliki mihrab (mushala khusus) di tengah rumahnya. Tidak seorang pun boleh memasukinya. Pada akhir malam, dia mulai bermunajat hingga terbit fajar.
         
Ayyub Al-Sakhtiyani menghidupkan seluruh malam dengan beribadah. Ketika tiba waktu subuh, dia bersuara seolah-olah telah bangun dari tidur.
         
Ibrahim Ak-Taimi selama dua puluh tahun melaksanakan shalat subuh dengan wudhu shalat Isya.
         
Rabi’ah menghidupkan seluruh malamnya, “(Wallaziina yabiituu na lirabbihim sujjadaw waqiyaa maa) Dan orang–orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri“ (Al Furqan: 64) ”Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagain dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (As-Sajdah 16).
         
Sarri Al-Suqthi melaksanakan shalat pada awal malam sampai subuh tiba. Kemudian ia duduk dan menangis sampai terbit matahari. Orang–orang saleh tetap menangis meskipun telah melakukan ketaatan. Dalam hadis dikatakan “Satu penyesalan ahli surga kelak, satu detik dalam hidupnya tidak zikir kepada Allah“.
         
Daud Al-Tha’I berseru pada malam hari, “Tuhanku, keinginan terhadap-Mu telah menyingkirkan segala keinginanku yang lain dan menghalangiku untuk tidur. Kerinduanku untuk bertemu dengan-Mu telah menghalangiku menikmati berbagai kelezatan duniawi. Aku berada di dalam penjara-Mu, wahai Yang Maha Pemurah.”
         
Sebagian orang saleh berkata, “Di tengah kegelapan malam, aku mendengar suara sedih di tepi pantai. Lalu aku menghampirinya, ternyata di sana ada seorang lelaki yang berdiri seraya berkata, ‘Wahai penyejuk mata dan penyenang hati, apa yang menyebabkan aku jatuh di hadapan-Mu ?. Beruntunglah hati yang dipenuhi rasa takut (khasyyah) kepada-Mu, dikuasai oleh kecintaan terahadap-Mu. Takut pada murka-Mu dapat mencegah masuknya tujuan-tujuan yang lain. Kecintaan terhadap-Mu memutuskan jalan semua keinginan, selain zikir kepada-Mu. Sesungguhnya, mereka tidak menginginkan apa yang kalian inginkan, dan mereka tidak butuh ketenaran suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya“. (Al Maidah: 54)
         
Mereka para salafus saleh yakin dengan firman Tuhan, “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat)“. (QS.Al-Syu’ara: 218)
         
Wallahu’alam