Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak mereka,
termasuk mengenai masalah pasangan hidup. Biasanya orangtua yang
membebaskan putra atau putrinya untuk memilih sendiri pasangan sendiri.
Namun tidak jarang pula yang ikut serta dalam penyeleksian si calon
mantu tersebut.
Ada banyak kriteria yang sangat teliti diperhatikan oleh orangtua
ketika memilihkan pasangan hidup bagi anaknya. Mulai dari latar belakang
pendidikan, keluarga, hingga potensinya untuk mendapatkan kesuksesan di
masa depan. Namun, apakah itu semua sudah sesuai dengan syariat Islam?
Mungkin ada yang belum, namun tidak perlu khawatir karena anda bisa
belajar teladan dari salah satu sahabat Rasulullah SAW yakni Umar bin
Khattab dalam memilih calon menantunya.
🏻
Umar bin Khattab merupakan salah satu khalifah yang suka sekali
melakukan “blusukan” ditemani oleh ajudannya. Ia mengunjungi dan
memantau kehidupan rakyatnya. Pada suatu malam ketika beliau blusukan,
Umar pun memutuskan untuk beristirahat karena merasa lelah.
Di kala istirahat bersama ajudannya inilah ia tidak sengaja mendengar percakapan yang terjadi antara ibu dan anak gadisnya.
“Wahai anakku, oploslah susu yang kamu perah tadi dengan air,” perintah seorang ibu.
Mendengar perintah ibunya tersebut, si anak bukannya
menjalankan malah menolak suruhan tersebut, “Apakah Ibu tidak pernah
mendengar perintah Amirul Mukminin, Umar bin Khattab kepada rakyatnya
untuk tidak menjual susu yang dicampur air?”
“Iya, Ibu pernah mendengar perintah tersebut,” jawab sang ibu.
Namun, hal tersebut tidak membuat si ibu menyerah, ia lalu berkilah sambil mengatakan, “Mana Khalifah? Apakah dia melihat kita? Ayolah anakku laksanakan perintah ibumu ini, hanya sedikit!”
Namun, hal tersebut tidak membuat si ibu menyerah, ia lalu berkilah sambil mengatakan, “Mana Khalifah? Apakah dia melihat kita? Ayolah anakku laksanakan perintah ibumu ini, hanya sedikit!”
“Dia tidak melihat kita, tapi Rabb-nya melihat kita dan
demi Allah saya tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang Allah dan
melanggar seruan Khalifah Umar untuk selama-lamanya”. Gadis tersebut
menolak dengan yakin dan tegas.
Setelah mendengar percakapan dari gadis dan ibu tersebut, Umar dan ajudannya langsung pulang meninggalkan tempat istirahatnya.
Sesampainya di rumah, Umar bercerita mengenai pengalamannya blusukan malam itu dan meminta kepada putranya yang bernama ‘Ashim bin Umar untuk menikahi gadis shalehah tersebut.
Sesampainya di rumah, Umar bercerita mengenai pengalamannya blusukan malam itu dan meminta kepada putranya yang bernama ‘Ashim bin Umar untuk menikahi gadis shalehah tersebut.
Lalu terjadilah pernikahan di antara keduanya. Dari
pernikahan tersebut, Umar dikaruniai cucu perempuan yang bernama Laila
atau lebih dikenal dengan Ummu Ashim dan dari Ummu Ashim terlahir Umar
bin Abdul Aziz khalifah kelima yang terkenal sangat adil, zuhud, dan
bijaksana
Jika dilihat dari kisah di atas, Umar bin Khattab merupakan khalifah
yang terpandang namun bersedia menikahkan anaknya dengan perempuan yang
tidak memiliki harta. Hal tersebut menandakan bahwa Umar menomorsatukan
agama dan akhlak dari calon menantunya itu. Oleh sebab itu, bagi para
orangtua pilihlah menantu yang baik agamanya. Jangan hanya memandang
faktor fisik dan hartanya saja. Demikianlah ulasan mengenai cara Umar
bin Khattab memilih menantunya.